Selasa, 17 Januari 2017

LAPORAN STUDY TOUR KE YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini disetujui  dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas pada SMP Negeri 2 Pangkah   Tahun Pelajaran 2016/2017.

Hari                 :
Tanggal           :


            Pembimbing  I                                                 Pembimbing  II



        SUKMA HERU, S.Pd                          RETNO HANDAYANI, S.Pd
              NIP. 19680424 200701 2 015                      NIP.  19690615 200701 2 023


Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 2 Pangkah


SUGIARTO, S.Pd
NIP. 19570914 198601 1 002








KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga karya tulis yang berjudul Perjalanan Study Tour Jogjakarta ini dapat diselesaikan sesuai rencana.

  Karya tulis sederhana ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Semester Genap kelas VIII. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
  •   Bapak Sugiarto, S.Pd selaku Kepala sekolah SMP Negeri  2 Pangkah yang telah mendukung dan merestui karya tulis sederhana ini,
  •  Ibu Sukma Heru, S.Pd.  dan Ibu Retno handayani, S.Pd selaku guru pembimbing dalam menyelesaikan karya tulis ini,
  • Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan bantuan material dalam pembuatan karya tulis ini, serta
  • Teman-teman kelas VIII  dan pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut mendukung kami dan memberi motivasi kepada kami.
            
            Semoga karya tulis yang berjudul Perjalanan Study Tour Yogyakarta memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya serta dapat membantu meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun bangsa Indonesia tercinta ini.


Penusupan,      Januari 2017


                                                                                    Penulis

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
1.      Bercita-cita dan berusaha mewujudkannya adalah ciri orang yang sukses.
2.      Tuntulah ilmu sampai ke negeri Cina.
3.      Menjadi pelajar tidak hanya harus pintar, tetapi juga berbudi pekerti luhur.
4.      Kita bisa ketika kita peracya dan berpikir jika kita bisa seiring dengan konsistensi usaha.
5.      Siapa yang bersungguh-sungguh, ia lah yang akan menang.
6.      Nilai prestasi adalah keseluruhan pribadi yang cerdas dan beretika.
7.      Kesuksesan itu bukan ditunggu, tetapi diwujudkan lewat usaha dan kegigihan.
8.      Ilmu yang bermanfaatlah adalah ilmu yang dibagikan untuk kemaslahatan orang banyak.


Persembahan ini saya tujukan kepada
      1.   Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya
2.    Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi doa restu
3.
      Bapak  Sugiarto,  S. Pd selaku Kepala SMP N  2 Pangkah
4.
      Ibu  Sukma Heru, S.Pd.  dan Ibu Retno Handayani, S.Pd  selaku Pembimbing
5.
      Para pembimbing dan guru-guru kami
6.
      Teman-teman dan sahabat-sahabatku












Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ I
KATA PENGANTAR  ............................................................................................  II
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................. III
DAFTAR ISI ............................................................................................................  IV

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................  1
1.1  Latar Belakang ..........................................................................................................  1
1.2  Tujuan Kegiatan ................................................................................................ …… 1

BAB II OBJEK-OBJEK YANG DIKUNJUNGI ..........................................................  2
2.1 Borobudur .................................................................................................................  2
2.2 Museum Dirgantara ...................................................................................................  4
2.3 Taman Pintar................................................................................................................ 6
2.4 Malioboro ..................................................................................................................  10

BAB III PENUTUP .........................................................................................................  13
3.1  Kesimpulan ...............................................................................................................  13
3.2  Saran ..........................................................................................................................  13

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….14











BAB I
Pendahuluan

1.1  Latar belakang kegiatan
Proses belajar bagi siswa tidak hanya dilakukan didalam kelas saja tetapi dapat juga di luar kelas. Dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap sesuatu yang belum kita ketahui maka perlu di adakannya kunjungan ke objek-objek peninggalan bersejarah.

1.2  Tujuan kegiatan
Tujuannya untuk melihat secara langsung benda-benda atau bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi kekayaaan dan mengetahui sejarah-sejarahnya dan juga untuk mengetahui ragam budaya yang ada di sekeliling kita dan melihat salah satu keajaiban dunia yang ada di wilayah Republik Indonesia, sehingga timbul rasa memiliki untuk menjaga dari kerusakan dan melestarikannya.Dan menambah wawasan.

















BAB II
Objek-objek Yang Dikunjungi

2.1  Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbingdi sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Progo danSungai Elo di sebelah timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam kepercayaan Jawa dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam dan kesuburan tanahnya.
Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana  sekitar tahun 800-an Masehi  pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.

Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya.  Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsaSyailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.

Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaranmemberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa  Kalasan  kepada  sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.

2.2  Museum Dirgantara
Museum Dirgantara adalah museum yang digagas oleh TNI AU untuk mengabadikan peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU, bermarkas di kompleks pangkalan udara Adi Sutjipto Yogyakarta, museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 1978. Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:

·    Pesawat PBY-5A (Catalina).
·    Replika pesawat WEL-I RI-X.
·    Pesawat A6M5 Zero Zen buatan Jepang.
·    Pesawat pembom B 25 Mitchell, B 26 Invader.
·    Helikopter 360 buatan AS.

Museum TNI AU diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Rusmin Nuryadin berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit, Jakarta.
Dengan pertimbangan antara lain bahwa Yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU periode 1945-1949 serta tempat penggodokan Karbol AAU, maka pada bulan November 1977 Museum AURI di Jakarta dipindahkan dan diintegrasikan dengan Museum di Ksatrian AAU di Pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta, dan tanggal 29 Juli 1978 diresmikan sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Mengingat semakin bertambahnya koleksi, maka pada tahun 1984 Museum dipindahkan ke Wonocatur menempati sebuah gedung bersejarah. Gedung tersebut semasa penjajahan Belanda adalah sebuah pabrik gula dan pada waktu pendudukan Jepang digunakan sebagai Depo Logistik. Pada bulan Oktober 1945 BKR dan para pejuang kemerdekaan berhasil merebut Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto) dari tangan Jepang, termasuk segala unsur logistik dan fasilitasnya yang kemudian digunakan sebagai unsur kekuatan awal TNI Angkatan Udara.

Museum TNI AU memiliki lebih dari 10.000 koleksi komponen alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur, serta terdapat koleksi berupa diorama-diorama, foto-foto, lukisan-lukisan, tanda-tanda kehormatan, dan lain-lain yang disusun dan ditata berdasar kronologi peristiwa.

 (Koleksi pesawat antara lain) Pesawat WEL RI X merupakan produksi pertama bangsa Indonesia yang dibuat pada tahun 1948 oleh Biro Rencana dan Konstruksi, Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang, Magetan, Madiun, dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko Supomo. Pesawat ini memakai mesin Harley Davidson 2 Silinder model tahun 1928

Pesawat Pembom Guntai direbut dari Jepang saat Belanda melancarkan aksi blokade terhadap dirgantara Indonesia, pesawat buatan tahun 1930 ini dengan penerbangnya Kadet Mulyono melaksanakan pemboman terhadap kedudukan lawan di Semarang pada tanggal 29 Juli 1947.

Pesawat Jet Star merupakan pesawat kepresidenan hadiah dari pemerintah Amerika Serikat kepada Presiden RI Soekarno, pernah digunakan dalam kunjungan ke beberapa negara antara lain Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Berbagai jenis pesawat pemburu, latih, dan angkut periode 1950-1965.
Diorama Sekbang I Taloa, Amerika Serikat, Sekbang India, Sekbang Andir, dan Sekolah Perwira Teknik Udara.

2.3    Taman Pintar
Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era tanpa batas. Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.
Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk Pembangunan “Taman Pintar”.
Disebut “Taman Pintar”, karena di kawasan ini nantinya para siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus berekreasi.
Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan teknologi sendiri.Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.
Relokasi area mulai dilakukan pada tahun 2004, dilanjutkan dengan tahapan pembangunan Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo.
Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan Gedung Memorabilia.
Dengan selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Taman Pintar Yogyakarta (TPY ) adalah salah satu wisata pendidikan atau wisata edukasi paling banyak di kunjungi di Yogyakarta.  Rasanya belum lengkap bila mengunjungi kota Yogyakarta tidak menyempatkan diri bermain ke Taman Pintar  Yogyakarta bersama keluarga dan anak-anak. Pada bangunannya menampilkan nuansa modern dan tradisional yang mempunyai keindahan tersendiri. Taman ini menawarkan wahana belajar dan rekreasi yang cukup lengkap untuk anak-anak, baik usia pra sekolah sampai tingkat sekolah menengah. Pada rentang usia tersebut merupakan generasi penerus yang potensial mendapat pencerahan belajar ilmu dann tekhnologi (iptek)

Taman Pintar didirikan atas gagasan dari Walikota Yogyakarta Herry Zudianto SE, Akt, MM yang selanjutnya dibangun diatas tanah seluas 12.000 m2. Wisatawan yang masuk ke taman ini bisa langsung mencoba dan menyaksikan hasil karya dari sebuah inovasi dan teknologi dan permainan yang sangat menarik dan banyak bermuatan edukasi pagi anak-anak.

Terbentuknya taman pintar Yogyakarta  semacam ini sebelumnya terinspirasi dari berdirinya pusar peragaan iptek yang sudah ada sebelumnya yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta yang selanjutnya menjadi contoh untuk pengembangan di daerah lain. Di Yogyakarta dengan Taman Pintarnya, dan di Jawa Timur dengan Jawa Timur Parknya dan semoga segera menyusul daerah lain untuk membangun tempat wisata berorientasi pendidikan untuk anak-anak.
Taman Pintar dibangun mulai bulan Mei 2006 dan setahun kemudian pada tanggal 9 Juni 2007 diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X bersama dua menteri yaitu Menteri Riset dan Tekhnologi ( Menristek ), Kusmayanto Kadiman, P.h.D dan menteri Pendidikan Nasional ( Mendiknas ), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.

Taman ini menawarkan model edukasi atau pembelajaran yang memadukan konsep pendidikan dan permainan dengan media yang menarik sehingga dapat merangsang keingintahuan anak dan memancing kreativitas anak terhadap iptek.

Maskot Taman Pintar yang berupa “ Burung Hantu Memakai Blangkon“. Burung hantu diartikan sebagai burung yang memiliki kepekaan yang tinggi, sanggup merasakan dan mempelajari keadaan alam dan lingkungan yang ada disekitarnya. Sedangkan Blangkon merupakan pakaian adat Yogyakarta untuk menutup kepala laki-laki.

Motto yang dipakai taman ini diambil dari ajaran Ki Hadjar Dewantara yaitu : 3 N : Niteni (mengingat/memahami), Nirokake (menirukan) dan Nambahi (mengembangkan). Dalam relevansinya dengan proses belajar ilmu pengetahuan dan tekhnologi mengacu pada konsep 3 A yaitu : Adopt, Adapt dan Advance

Taman Pintar berisi materi yang terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia dibagi lagi menjadi tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar sampai sekolah menegah. Sedangkan untuk penekanan materinya disampaikan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui bentuk anjungan yang ada seperti : anjungan pengenalan, anjungan pengenalan ilmu-ilmu dasar, anjungan permainan dan anjungan penerapan iptek.

Konsep pembelajaran yang dipakai pada taman ini garis besarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu penguasaan materi pendidikan yang diberikan di sekolah ditengah menurunnya minat baca dari masyarakat dan anak-anak pada khususnya. Dengan model alat peraga, anak-anak akan lebih tertarik untuk mengembangkan kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan pola pikirannya sendiri. Orang tua diharapkan aktif dalam memilih wahana pembelajaran dan permainan yang sesuai dengan usia anak. Jangan dipaksakan dalam pembelajaran dengan alat peraga tersebut.

Taman pintar sebagai kawasan yang terpadu dari berbagai macam wahana belajar dalam satu lokasi merupakan keistimewaan tersendiri sehingga Taman Pintar ini sekarang sudah menjadi tempat wisata favorit dan menjadi ikon wisata pendidikan di Yogyakarta.

Taman Pintar ini dibangun dengan biaya Rp.53 milyar yang berisi enam zona yang didalamnya terdapat isi materi antara lain : Gedung Memorabilia, Gedung Kotak lantai 2, Gedung Oval lantai 2, Gedung oval lantai 1, Gedung Paud barat dan timur dan Playground Area.

Zona-zona tersebut mempunyai beberpa wahana tersendiri seperti Taman Bermain, Penjelajah Kecil, Titian Penemuan, Petualangan Lingkungan, Jembatan Sains, Titian Sains, Indonesiaku, Tekhnologi canggih dan Populer.

Area untuk tempat bermain anak-anak sangat luas, seperti di wahana taman bermain anak yang merupakan ruang publik bagi pengunjung dan berfungsi sebagai ruang tunggu. Di tempat tersebut anak anak dapat belajar tentang sains seperti cakram warna, dinding berdendang dan permainan air.



Lokasi Taman Pintar Yogyakarta
Taman Pintar berlokasi di Jalan Penembahan Senopati No.3, Yogyakarta. Lokasi ini dahulu digunakan untuk shooping center yang sekarang dipindah sebelah utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta.
Akses ke Taman Pintar Yogyakarta
Untuk berkunjung ke Taman Pintar dapat dicapai dengan sangat mudah karena letaknya yang strategis di pinggir jalan pusat kota Yogyakarta.
  • Bila anda dari Bandara Adisucipto bisa menggunakan bus Trans Jogja trayek 3B atau 3A menyusuri jalan Malioboro, setelah sekitar 30 menit kemudian sampailah anda di depan Taman Pintar.
  • Sedangkan bagi anda yang berangkat dari Terminal Giwangan dapat menggunakan bus kota jalur 4 atau 10 yang melewati Jalan Malioboro yang selanjutnya anda diturunkan di depan Benteng Vredeburg . Dari benteng tersebut wisatawan dapat berjalan ke arah timur menuju Taman Pintar yang terletak tak jauh dari benteng tersebut.
  • Bagi wisatawan yang berangkat dari Stasiun Tugu dapat menggunakan becak atau andong yang akan mengantarkan anda ke Taman Pintar.
  •  Wisatawan yang berangkat dari Stasiun Lempuyangan bisa menggunakan taksi untuk mengantarkan anda sampai ke Taman Pintar.
  • Harga Tiket
  • Playground Area : Gratis
  • Gedung Paud Barat dan Timur, Anak-anak usia 2 – 7 tahun Rp.1.000,-
  • Gedung Oval dan Kotak, Anak – anak usia 5 – 18 tahun Rp.5.000,- dan untuk Dewasa Rp. 10.000,- per orang
  • Gedung Memorabilia, untuk anak-anak Rp.1.000,- sedangkan Dewasa Rp.2.000.
Fasilitas Taman Pintar Yogyakarta
Di Taman in banyak tersedia berbagai fasilitas pendukung seperti mushola, laboratorium, perpustakaan, toilet, ruang pertunjukan indor dan outdoor, kios souvenir, toko buku dan halaman parkir yang cukup memadai.

2.4  Malioboro
Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomime dan lain-lain disepanjang jalan ini.

Malioboro adalah nama salah satu jalan di Kota Yogyakarta atau Jogja. Jalan ini sangat terkenal dan menjadi ikon dari kota Yogyakarta. Nama Malioboro ini berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga. Konon jalan ini memang selalu dipenuhi dengan bunga saat perayaan-perayaan atau upacara-upacara tertentu.

Di jalan Malioboro ini masih sangat terasa kekunoannya, karena di sekitar jalan ini masih berdiri bangunan-bangunan bersejarah pada jaman Belanda, seperti Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Benteng Vredeburg, Monumen Serangan Oemoem Satu Maret.

Serta ada pula pasar yang terkenal yakni Pasar Beringharjo. Di kawasan Malioboro ini terkenal juga dengan pedagang kaki lima. Anda bisa berbelanja aneka produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, bermacam tas, sepatu, sandal dan juga Blangkon yakni topi untuk laki-laki khas daerah Jawa. Serta barang-barang logam seperti emas, perak dan lainnya.

Lalu saat malam hari tiba, kawasan ini juga ramai dengan banyaknya lapak-lapak lesehan yang menjajakan berbagai macam makanan. Di sini anda bisa mencoba makanan khas Yogyakarta yakni Gudeg Jogja dan pecel Jogja. Selain itu, ada juga makanan lainnya seperti seafood yang tak kalah nikmatnya. Di Malioboro ini juga terkenal dengan tempat berkumpulnya para seniman Jogja yang sering mengekspresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, pantomim dan lain-lain.




















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dengan adanya pembuatan karya tulis ini kami dapat memperoleh manfaat yang akan kami jadikan bekal untuk kedepannya. Serta dalam pembuatan karya tulis ini membuat kami lebih terampil dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas yang telah kami terima.
Dan dari beberapa objek yang telah kami kunjungi maka dapat kami simpulkan bahwa objek-objek itu mempunyai potensi dan manfaat dalam berpatisipasi pada pembangunan bangsa dewasa ini pada masa yang akan mendatang, khususnya di bidang pendidikan, dan kebudayaan.
Masing-masing objek yang kami kunjungi mempunyai ciri khas masing-masing. Sehingga tiap-tiap objek mempunyai manfaat dan daya guna yang lebih luas.

3.2  Saran
Saran yang kami berikan adalah Menambah waktu kunjungan disetiap objek wisata, sehingga siswa mendapatkan data-data yang lebih lengkap dan tidak merasa terburu-buru









DAFTAR PUSTAKA
http://djogdjamedia.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-singkat-jalan


















LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar